Dikenal sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh dalam industri migas, pencapaian Nicke berawal dari keinginan untuk mandiri. Konsistensi dan persistensi menjadi kunci.

Suatu pagi menjelang siang, pada 1988, seorang perempuan berseragam Bank Duta berjalan memasuki salah satu ruang kuliah di GKU Barat ITB. Ia berusaha tak mengganggu kuliah yang sedang berlangsung dengan melangkah perlahan, tetapi suara sepatu bertumit tingginya tetap bergema saat ia melangkah.

Kletak, kletok. Bunyi sepatunya membuat dosen dan mahasiswa di ruangan itu menoleh. “Enggak salah masuk ruangan, Mbak?” Dosen yang tengah mengajar bertanya. “Tidak, Pak.” Perempuan itu menjawab. Sembari tersenyum, ia duduk di bangku kosong di baris terdepan.

Tak ada yang menduga bahwa 30 tahun kemudian, mahasiswa perempuan itu bakal menduduki posisi Direktur Utama PT Pertamina. Mahasiswa perempuan itu adalah Nicke Widyawati (TI ’86).

“Sejak tingkat dua, saya kerja penuh waktu sambil kuliah,” kata Nicke kepada Alumnia, pertengahan Mei lalu. Pekerjaan itu ia tekuni hingga lulus kuliah di tahun 1990. Meski untuk itu, Nicke harus meminta izin dari atasannya di Bank Duta untuk kuliah di kampus Ganesha, setiap beberapa jam dalam sepe-kan. Ketika kuliahnya selesai, ia buru-buru kembali ke kantor-nya untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai analis kredit.

Keinginan Nicke saat itu merupakan dorongan internal. “Saya ingin mandiri agar tidak merepotkan ibu saya,” katanya. Hingga kini, pengalaman itu menjadi pengingat bahwa daya tahan perempuan itu sangat tinggi. “Jangan pernah berpikir bahwa tidak bisa, harus bisa. Jangan kunci potensi diri,” katanya.

Kini, Nicke punya keinginan berbeda. “Saya ingin Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan mampu mencapai kemandi-rian energi,” kata Nicke. Energi adalah penggerak ekonomi. Di tengah ketidakpastian global, energi harus digenjot untuk me-mastikan pertumbuhan ekonomi tercapai. Nicke optimistis tar-get 1,9 juta barel setara minyak per hari bakal tercapai di 2025.

Keinginan Nicke itu mungkin terpatri setelah bekerja di berbagai perusahaan. Ketika menjadi analis kredit di Bank Duta, Nicke melihat bahwa industri dalam negeri mengala-mi kesulitan permodalan sehingga perlu disokong untuk da-pat tumbuh dan mandiri.

Saat bekerja di PT Rekayasa Industri, perusahaan teknik pengadaan konstruksi (EPC)—tak lama setelah lulus dari ITB—Nicke terlibat dalam pembangunan pabrik pupuk. Ia me-nyadari bahwa untuk mencapai tujuan besar kemandirian industri, berbagai pihak membutuhkan kerjasama dan kebe-ranian untuk mengambil peluang baru.

Ketika memimpin PT Mega Eltra, Nicke melihat perlu-nya keberpihakan dari negara terhadap industri dalam negeri. Itu sebabnya selama di PLN, ia mendorong TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dalam pembangunan industri nasional. Salah satunya dengan mendukung proyek pembangkit listrik batu bara skala kecil.

Nicke membawa semua ide dan pemikiran itu saat menjadi orang nomor satu di Pertamina. Nicke menargetkan kemandirian energi yang, menurut dia, hanya bisa dicapai jika tercipta ketahanan energi. Untuk itu, kata dia, produksi migas terus ditingkatkan. Menurut dia, ketersediaan energi di Indonesia lebih tinggi dari rata-rata dunia. “Terbukti saat pandemi, sejumlah negara mengalami krisis energi. Sementara Indonesia mampu menjaga pasokan BBM dan bahan bakar lainnya,” katanya.

Dia merujuk pada skor ketahanan energi Indonesia sebesar 66,73 dari Indeks Trilemma Energy 2020. Indeks ini mengukur kinerja tiap negara di sektor energi dalam tiga dimensi: ketahanan energi, keadilan energi, dan keberlan-jutan lingkungan. Indeks ini pada 2022 menempatkan In-donesia di peringkat 53 dari 127 negara. Peringkat ini tum-buh bila dibandingkan tahun sebelumnya di peringkat 58.

Hanya saja, kata dia, Indonesia masih tertinggal dalam aspek keadilan energi. Energi harus bisa diakses oleh semua masyarakat dan harganya terjangkau. Pertamina, kata dia, beru-paya keras memenuhi itu. Ia mencontohkan pengirim-an BBM ke daerah pelosok menggunakan helikopter. “Padahal, kalau dihitung ongkos mengirimkan BBM itu lebih tinggi ketimbang nilai BBM yang diantarkan,” kata dia.

BUMN ini juga memiliki subholding Pertamina New Renewable Energy dan Pertamina Geothermal Energy yang memfokuskan pada energi baru terbarukan (EBT). Energi berkelanjutan merupakan aspek yang dijalankan Pertamina tanpa menghentikan produksi migas. “Dalam rencana nol emisi 2060, strategi Indonesia tidak hanya pertumbuhan ganda ketahanan energi, tetapi juga menekan emisi, antara lain, dengan offset karbon dan penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).”

Menjadi perempuan dalam industri migas yang dido-minasi lelaki membuat Nicke juga memperhatikan hak-hak perempuan. Pertamina merupakan BUMN yang menyedi-akan fasilitas daycare dan menindaklanjuti laporan pele-cehan serius. “Kami punya divisi khusus untuk menangani laporan ini,” katanya. Saat ini, Grup Pertamina memiliki 40 ribu karyawan tetap, sebanyak 19% di antaranya perem-puan.

Nicke lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia anak ke-tiga dari tiga bersaudara yang dibesarkan oleh ibu tung-gal. Ketika lulus kuliah, Nicke hanya memikirkan dua hal, kuliah di jurusan Teknik Industri ITB atau masuk akademi sekretaris. Sejak muda, dia memang penuh dengan renca-na-rencana. Konsistensi dan persistensinya membuatnya

sanggup mewujudkan mimpi dan ambisi besarnya. Menurut Nicke, pendidikan Teknik Industri mengajarkannya cara berpikir sistematik. “Jangan pernah khawatir dengan konsep menjadi generalis atau spesialis,” kata dia.

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. “Keilmuan Teknik Industri akan sangat berguna untuk mengatur bagian-bagian yang bisa dikerjakan spesialis,” katanya.

Nicke menjaga kebugaran dengan berlari di pengisar langkah di rumahnya. Di waktu luang, dia senang menonton film bersama keluarga. Kebiasaannya mengerjakan banyak hal dalam satu waktu yang bermula saat kuliah sarjana dan kerja penuh waktu, masih berlanjut. Sejak kuliah hingga saat ini, Nicke mengaku hanya tidur tiga jam sehari. “Pada dasarnya saya senang bekerja,” katanya.

mengerjakan banyak hal dalam satu waktu yang bermula saat kuliah sarjana dan kerja penuh waktu, masih berlanjut. Sejak kuliah hingga saat ini, Nicke mengaku hanya tidur tiga jam sehari. “Pada dasarnya saya senang bekerja,” katanya.

BUMN ini juga memiliki subholding Pertamina New Renewable Energy dan Pertamina Geothermal Energy yang memfokuskan pada energi baru terbarukan (EBT). Energi berkelanjutan merupakan aspek yang dijalankan Pertamina tanpa menghentikan produksi migas. “Dalam rencana nol emisi 2060, strategi Indonesia tidak hanya pertumbuhan ganda ketahanan energi, tetapi juga menekan emisi, antara lain, dengan offset karbon dan penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).”

Kini, Nicke punya keinginan berbeda. “Saya ingin Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan mampu mencapai kemandi-rian energi,” kata Nicke. Energi adalah penggerak ekonomi. Di tengah ketidakpastian global, energi harus digenjot untuk me-mastikan pertumbuhan ekonomi tercapai. Nicke optimistis tar-get 1,9 juta barel setara minyak per hari bakal tercapai di 2025.