Perjalanan Inspiratif Wisnu Salman (TA’95): Berdamai dengan Ujian (Part 1)
Kisah perjuangannya berdamai dengan ujian patut diteladani. Semasa hidupnya, Wisnu Salman (TA’95) yang adalah seorang sarjana Teknik Pertambangan ITB. Ia telah melalui berbagai ujian berat dalam hidupnya. Dirinya berbagi kisah tentang tantangan yang dihadapinya, mulai dari disekap dua kali, kehilangan rumah, hingga kehidupan rumah tangganya yang berantakan. Namun, dibalik segala ujian tersebut, ada hikmah penting yang menjadi penentu kesuksesannya dalam mendirikan sebuah perusahan konsultan pertambangan dan lingkungan, yaitu PT Geomining Berkah.
Pengalaman Wisnu dalam bisnis dan kehidupan pribadi memberikan banyak pelajaran. Wisnu menceritakan kisah perjalanan hidupnya yang inspiratif dalam berdamai dengan ujian, dengan segala tantangan yang dihadapinya. Dirinya membagikan kisahnya tersebut di podcast majalah Alumnia Jakarta, yang diselenggarakan pada tanggal 1 April 2024 lalu di Jakarta.
Wisnu bercerita awal kehidupannya kepada Alumnia. Awal mula ketertarikan dirinya pada dunia pertambangan dimulai setelah dirinya diterima di prodi Teknik Pertambangan ITB pada 1995 silam. Namun, Wisnu mengaku sebelum kuliah di ITB, dirinya pernah berkuliah di beberapa perguruan tinggi ternama, seperti Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMY).
Tonton video Podcast Alumnia bersama Wisnu Salman:
“Sebelumnya, saya lulus dari SMA pada tahun 1993, tetapi tidak langsung masuk ITB. Saya diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, tetapi kemudian memutuskan untuk keluar karena merasa kurang cocok. Tahun berikutnya, saya diterima di Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan jurusan Teknik Kimia. Namun, saya tetap tidak puas dan akhirnya berhasil masuk ITB tahun berikutnya.” kata Wisnu.
Selepas menyelesaikan masa studinya di ITB, Wisnu mengaku bahwa cita-cita terbesarnya adalah bekerja di perusahaan pertambangan besar seperti Freeport atau KPC. Namun, hal tersebut urung terlaksana karena lamarannya tidak ada yang diterima. Dirinya pun kemudian memutuskan untuk mendirikan perusahaan Manajemen Kolbu dan menulis buku demi menyambung perekonomian keluarganya.
“Waktu kuliah tingkat empat, saya sudah menikah dan memiliki satu anak, sehingga saya harus berpikir tentang menghidupi keluarga saya dan bergerak cepat untuk meraih capaian lain. Saya kemudian memutuskan untuk mendirikan perusahaan Manajemen Kolbu dan menulis buku.”
Wisnu kemudian mendirikan bimbingan belajar bernama Manajemen Kolbu. Menurutnya, pada saat itu banyak alumni ITB yang menjadi pengajar bimbel ternama. Hal itu yang menginspirasinya untuk mendirikan bimbel bersama teman-temannya dari ITB. Tak hanya itu, kecintaannya akan dunia pendidikan juga diwujudkannya dengan menulis buku pelajaran kimia terbitan Regina pada tahun 2001-2002. Menurut Wisnu, buku karangannya tersebut menjadi buku pelajaran wajib di tingkat SMP dan SMA.
Setelah itu, Wisnu juga mendedikasikan hidupnya pada organisasi sosial dan kemanusiaan. Ia kemudian melamar di organisasi Dompet Dhuafa Republika sebagai kepala bagian umum yang bertanggung jawab atas pemeliharaan gedung, jaringan komputer, internet, kendaraan, dan sebagainya. Disela keaktifannya sebagai kepala bagian umum, Wisnu juga mengajar di bimbingan belajar Primagama di daerah Pondok Pinang.
Kemudian, merasa melihat peluang potensial dalam industri transportasi, Wisnu memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru dan memasuki babak baru dalam kariernya. Dirinya memilih untuk berwirausaha di bidang transportasi, mendirikan perusahaan Armada Aman Transport. Perusahaan tersebut melayani perkantoran dan jemputan di wilayah Jakarta dan Bogor. Dalam waktu singkat, awalnya ia memiliki 55 armada mobil. Namun hal tersebut ternyata tak berjalan sesuai rencana, ia mengalami kerugian akibat ditipu orang. Dirinya mengaku gagal dalam bisnis transportasi yang dirintisnya tersebut.
“Namun, Qadarullah, saya mengalami kerugian besar. Mobil-mobil saya dibawa lari oleh banyak orang, dan beberapa di antaranya masih dalam sistem leasing. Akibatnya, saya kehilangan semua aset, termasuk rumah. Kesalahan strategi dan adanya faktor penipuan berperan dalam kejatuhan bisnis saya.” kata Wisnu di Podcast Alumnia Jakarta.
Dirinya pun harus menghadapi banyak masalah utang, baik pribadi maupun perusahaan. Utang saya mencapai hampir 500 juta rupiah. Wisnu juga harus menghadapi tekanan dari para penagih utang yang kerap meneror dirinya setiap saat.
Namun, kejatuhannya dalam berbisnis tak hanya sampai disitu. Setelah mengalami kejatuhan dalam bidang transportasi, ia kembali mencoba peruntungan dalam bisnis konstruksi dan perumahan. Namun, bidang tersebut tidak sesuai dengan keahliannya. Wisnu pun kembali gagal, dan menyebabkan utang yang lebih besar lagi. Banyaknya hutang yang ditunggakinya tersebut, meninggalkan luka yang dalam, baik secara finansial maupun emosional. Salah satu istrinya memilih untuk meninggalkan Wisnu karena tidak nyaman dengan keadaannya saat itu.
Wisnu pun bahkan pernah mengalami kekerasan fisik hingga disekap oleh debt collector. Pengalaman pahit tersebut dituangkannya dalam buku karangannya yang berjudul “Menggapai Kemuliaan, Menebar Harapan”.
Wisnu menuturkan “Saya juga pernah mengalami kekerasan fisik dan dua kali disekap oleh para penagih utang. Saya disekap di sebuah rumah di daerah Tambun, Bekasi. Saya ditempatkan di rumah besar dan diawasi ketat. Dengan bantuan istri dan polisi, saya berhasil dibebaskan dari penyekapan tersebut. Meskipun pengalaman ini tidak sampai diliput oleh media, dampaknya sangat besar bagi saya.”
Namun, pengalaman pahitnya hingga diculik dan disekap tak hanya sampai disitu. Wisnu mengaku pernah dijebak oleh oknum yang ingin menculiknya dengan modus investasi. “Pada suatu kesempatan, saya diundang ke masjid raya di Bogor oleh pihak yang ingin berinvestasi. Saya mengira itu adalah kesempatan nyata, namun ternyata itu adalah jebakan. Saya ditangkap dan dibawa ke Polsek Keramat di Jakarta. Saya dijaga oleh satu orang dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil berwarna merah. Tiga orang lainnya berada di kantor polisi untuk negosiasi.”
Dirinya pun tak kehabisan akal. Wisnu melakukan segala cara agar bisa lolos dari para penculik tersebut. “Ketika penjaga saya pergi untuk membeli pulsa, saya memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur. Saya berlari sekuat tenaga dan berhasil naik ke taksi yang melintas. Saya pun meminta supir taksi untuk membawa saya ke Ciputat dan lalu ke sebuah warung internet. Pengalaman saat itu sangat menyedihkan, bahkan sampai harus berjalan kaki dan menggunakan ojek. Saya selalu memakai topi karena merasa malu dan trauma akibat disekap. Namun, sekarang saya berani tampil di dunia media sosial dan mempublikasikan diri saya.” (bersambung ke part-2).