Pertamina Trans Kontinental (PTK) tengah melakukan transformasi besar-besaran di sektor energi. Fokus PTK saat ini adalah transformasi pengurangan emisi dan energi terbarukan.  Transformasi ini merupakan bagian di bawah kepemimpinan baru, terutama dalam hal adaptasi terhadap isu-isu renewable energy untuk mengusung net zero emission di masa depan. Hal ini disampaikan sendiri oleh Khalid Zabidi selaku komisaris Pertamina Trans Kontinental pada Senin, (19/2) di bilangan Ancol, Jakarta Utara.  

“Kami berada dalam fase yang sangat menarik di Pertamina saat ini,” ujar Bang Khalid. “Dengan kepemimpinan baru, kami telah mengambil langkah-langkah agresif untuk mengurangi emisi dan mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam operasi kami.” Ungkap Khalid kepada Alumnia.

Menurut Khalid yang juga merupakan alumnus Seni Rupa ITB angkatan ’93, salah satu fokus utama dalam transformasi ini adalah mengurangi jejak karbon Pertamina. Perusahaan telah meluncurkan serangkaian inisiatif untuk meningkatkan efisiensi energi, menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan mengurangi limbah dalam operasi mereka.

“Tidak hanya tentang memproduksi lebih banyak energi, tetapi juga tentang bagaimana kita melakukannya dengan cara yang lebih bersih dan berkelanjutan,” tambahnya.

Selain itu, Pertamina juga telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap energi terbarukan. Mereka telah melakukan investasi besar dalam pembangunan infrastruktur untuk mengintegrasikan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan energi angin, ke dalam portofolio energi mereka.

“Ini adalah langkah yang penting dalam mempersiapkan Pertamina untuk masa depan yang didominasi oleh energi terbarukan,” kata Bang Khalid. “Kami percaya bahwa dengan berinvestasi dalam teknologi ini sekarang, kami akan menjadi lebih kompetitif di pasar energi global yang semakin berubah.” Tambah Khalid yang merupakan Kader Partai Golkar tersebut. Karena keaktifannya dalam berorganisasi di partai, ia pun dipercaya mendapatkan jabatan komisaris di PTK.

Transformasi ini tidak hanya mencerminkan komitmen Pertamina untuk beradaptasi dengan isu-isu energi global, tetapi juga merupakan bagian dari upaya mereka untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam mempromosikan keberlanjutan lingkungan. Dengan fokus yang kuat pada pengurangan emisi dan energi terbarukan, Pertamina berada di jalur yang tepat untuk menjadi market leader dalam industri energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Selain itu, Khalid juga mengungkapkan pencapaian luar biasa yang telah dicapai oleh Pertamina Transkontinental (PTK) dalam tiga tahun terakhir. “Saya beruntung sekali berada di masa-masa emasnya PTK. Ingat, ketika saya pertama kali bergabung, net revenue PTK berada di angka 534 miliar pada tahun 2021. Namun, dengan kerja keras tim, angka tersebut melonjak menjadi 634 miliar pada tahun 2022, dan bahkan mencapai 1 triliun pada tahun 2023,” ujarnya dengan bangga. “Tidak hanya itu, net profit revenuenya juga mengalami peningkatan signifikan, mulai dari hanya 4,5 triliun hingga kini mencapai 7 triliun. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah optimalisasi aset-aset PTK, tidak hanya dari sisi internal, tetapi juga eksternal.” tambahnya yang sebelumnya berprofesi menjadi dosen di Seni Rupa ITB dan Universitas Paramadina tersebut.

Khalid melanjutkan, Pertamina juga sedang melaksanakan transformasi besar-besaran di bawah arahan Menteri BUMN, Erick Thohir, yang telah membawa perusahaan ke arah holdingisasi BUMN. Hal ini terwujud dengan pembentukan subholding di bawah naungan Pertamina Holding, di mana setiap subholding menjalankan bisnisnya sesuai dengan pola bisnis modern. Meskipun Pertamina merupakan BUMN yang memiliki public service obligation dalam sektor energi, namun pengelolaannya harus tetap mengedepankan profesionalitas. Salah satu contohnya adalah di bidang logistik maritim, di mana terdapat unit seperti Pertamina International Shipping, Pertamina Transkontinental, dan Pertamina Energi Terminal.

Awalnya, Pertamina Transkontinental (PTK) merupakan sebuah divisi yang fokus pada tugas-tugas khusus, seperti pengelolaan tongkang. Namun, dengan holdingisasi dan penataan ulang ini, semua aset dan bisnis yang terkait dengan terminal pelabuhan juga diserahkan ke PTK. Termasuk dalam rencana ini adalah penyerahan kilang-kilang ke entitas yang terpisah di bawah naungan Pertamina Holding, sehingga holding tersebut hanya fokus sebagai induk perusahaan tanpa memiliki aset langsung. Proses ini merupakan langkah strategis dalam memastikan setiap unit bisnis memiliki kinerja dan pendapatan yang terpisah, serta menjadi lebih efisien melalui optimasi biaya dan audit yang terkonsolidasi.

Pertamina International memiliki peran penting dalam menjaga pasokan energi di Indonesia. Dengan impor sebanyak 2 juta barel minyak melalui kapal-kapal besar, minyak tersebut didistribusikan ke berbagai lokasi, termasuk kilang untuk pengolahan dan pelabuhan di Indonesia Timur menggunakan kapal-kapal kecil. Untuk memastikan kelancaran operasi ini, Pertamina International memberikan dukungan penuh mulai dari patroli, layanan harbor, hingga penanggulangan tumpahan minyak.

Operasional Pertamina International tersebar di 106 pelabuhan di seluruh Indonesia, yang terbagi menjadi tiga wilayah operasi, yaitu Region 1, Region 2, dan Region 3. Region 1 meliputi Sumatera bagian Utara dan Selatan, sementara Region 2 mencakup Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Sedangkan Region 3 meliputi Sulawesi hingga Papua, sehingga mencakup wilayah yang luas secara nasional. Dengan total karyawan sebanyak 6.000 orang dan armada kapal sebanyak 342, Pertamina International memiliki peran yang signifikan dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kantor pusat Pertamina International terletak di Jakarta, dengan alamat di Jl. Yos Sudarso, yang menjadi pusat koordinasi untuk menjalankan operasional mereka di seluruh Indonesia.

Pertamina, sebagai pemain utama dalam industri energi, memiliki peran krusial dalam menghadapi tantangan terkini terkait transisi energi dan keberlanjutan. Dalam menghadapi isu-isu ini, baik yang terkait dengan energi terbarukan maupun inovasi teknologi, Pertamina International memiliki posisi yang strategis.

Salah satu langkah terbaru yang diambil oleh Pertamina adalah peluncuran stasiun pengisian hidrogen, menandai langkah maju dalam diversifikasi sumber energi. Melalui inisiatif ini, Pertamina berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan tren energi global menuju sumber energi bersih dan ramah lingkungan.

Di bawah kepemimpinan ibu  Nicke Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina, perusahaan BUMN tersebut telah menggambarkan komitmennya untuk menjadi pemimpin dalam industri energi, dengan target menjadikan perusahaan bernilai 100 miliar USD. Dengan peningkatan peringkat Pertamina dalam daftar 500 perusahaan Fortune, ini mencerminkan kesuksesan dan momentum yang terus berkembang bagi perusahaan ini.

Dalam konteks bisnisnya, terutama dalam sektor pengiriman minyak, Pertamina terus berupaya untuk menyikapi tantangan yang dihadapi dengan mengintegrasikan teknologi baru dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam operasinya. Hal ini mencerminkan komitmen Pertamina untuk tetap relevan dan berdaya saing di tengah perubahan dinamika industri energi global.

Langkah-langkah yang diambil oleh Pertamina juga sejalan dengan tuntutan global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan mewujudkan masa depan yang aman untuk planet kita. Konsep “climate safe future” menjadi fokus utama, di mana pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan keberlanjutan lingkungan. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mematok target net zero emission.

Dalam menghadapi tuntutan ini, Pertamina telah menetapkan komitmen yang kuat, tidak hanya dalam meningkatkan pendapatan dan profitabilitas, tetapi juga dalam memprioritaskan keselamatan dan keandalan operasional, serta mengurangi emisi gas rumah kaca setiap tahunnya. Komitmen ini tidak hanya menjadi bagian dari strategi bisnis, tetapi juga menjadi bagian dari branding perusahaan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dengan adanya target net zero emission, Pertamina berperan penting dalam mendukung agenda global untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Ini juga merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk membangun citra sebagai pelopor dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Pertamina Transkontinental telah mengambil langkah konkret dalam mengintegrasikan risasi industri dengan upaya pengembangan sumber energi yang ramah lingkungan. Meskipun fokus utamanya adalah pada layanan, komitmen perusahaan telah menghasilkan beberapa pencapaian signifikan.

Pertama, perusahaan telah menghadirkan kapal-kapal hybrid yang menggunakan kombinasi bahan bakar gas dan solar. Langkah ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor transportasi laut.

Kedua, Pertamina Transkontinental telah aktif dalam penggunaan B30, yang merupakan campuran biodiesel dengan persentase 30% dari minyak sawit. Hal ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga mempromosikan penggunaan energi terbarukan.

Ketiga, perusahaan telah memasang shore connection di pelabuhan-pelabuhan, memungkinkan kapal untuk terhubung langsung ke sumber listrik daratan saat berlabuh, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil saat mesin kapal tidak aktif.

Langkah keempat, Pertamina Transkontinental telah mengoptimalkan penggunaan panel surya pada kapal-kapalnya, memanfaatkan permukaan atas kapal untuk memasang panel surya. Ini tidak hanya membantu mengurangi konsumsi energi dari sumber lain, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional.

Selain itu, perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikat Green dari Thailand untuk dua pelabuhan utamanya, terutama di Balikpapan. Pengakuan ini menunjukkan komitmen Pertamina Transkontinental dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem.

Dengan langkah-langkah ini, Pertamina Transkontinental telah membuktikan keseriusannya dalam berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim dan pengembangan energi berkelanjutan. Langkah-langkah ini sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam industri yang memprioritaskan keberlanjutan lingkungan.

Hirisasi industri, dalam konteks transisi energi, memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan, baik bagi Pertamina Transkontinental maupun bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Proses ini menandai perubahan dari pengolahan bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau jadi, yang memiliki implikasi positif dalam beberapa aspek.

Pertama-tama, dari segi ekonomi, hirisasi industri memungkinkan Pertamina Transkontinental untuk mendiversifikasi portofolio bisnisnya ke arah energi terbarukan. Dengan memanfaatkan sumber daya alam baru yang terbarukan dan berlimpah di Indonesia, perusahaan dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, serta memperluas pangsa pasar dalam industri energi global.

Selain itu, langkah-langkah menuju net zero emission mendorong pengembangan teknologi baru yang inovatif. Hal ini tidak hanya menciptakan peluang bagi Pertamina Transkontinental untuk menjadi pemimpin dalam mengadopsi teknologi hijau, tetapi juga membuka peluang bagi industri lain di Indonesia untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

Secara sosial, hirisasi industri dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, Pertamina Transkontinental dapat berperan dalam mengurangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar operasinya.

Lebih jauh lagi, fokus pada net zero emission sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan. Dengan memperoleh keuntungan dari keberlanjutan lingkungan, seperti yang dijelaskan dengan jargon “net zero emission equals net zero poverty,” Pertamina Transkontinental dapat memberikan kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.

Dalam konteks politik, pencapaian hirisasi industri dan net zero emission akan memperkuat kedaulatan energi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada pihak luar. Hal ini sejalan dengan trilema energi global, di mana keberlanjutan, keamanan, dan ketersediaan energi merupakan prioritas utama. Dengan menjawab tantangan ini melalui hirisasi industri, Pertamina Transkontinental akan memainkan peran penting dalam menjaga kepentingan nasional dan meningkatkan kedaulatan energi Indonesia secara keseluruhan.