BAGI kawan-kawan seangkatannya, Rizal Ramli (FI ’73) dikenal sebagai pribadi yang kritis. Semasa menjabat, baik sebagai Menteri maupun komisaris BUMN, dia rutin mengajak Forum Tujuh Tiga (Fortuga) berdiskusi bahkan di forum-forum santai. “Biasanya dia mencari masukan untuk berbagai isu pemerintahan,” kata Aam Muharam, salah satu admin Fortuga, kepada Alumnia, Januari lalu.

Citra kritis sudah melekat dalam diri Rizal Ramli sejak kuliah. “Waktu saya mahasiswa, Indonesia masih dalam sistem otoriter, jadi kami perjuangkan supaya menjadi negara demokratis,” kata Rizal ketika diwawancarai putrinya Dhitta Puti Sarasvati (MS ’01) pada 2012.

Rizal bersama kawan-kawannya dari Dewan Mahasis-wa (DEMA) ITB menuangkan kritik itu dengan menerbitkan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa pada 1978. Pada-hal saat itu negara menerapkan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) untuk menjauhkan mahasiswa dari urusan politik.

Buku itu dilarang beredar, namun tetap digandakan hingga ke luar Pulau Jawa. Benedict Anderson, ilmuwan politik dari Cornell University menerjemahkan buku itu ke Bahasa inggris, yang kemudian diterjemahkan lagi ke delapan bahasa lainnya.

“Belum pernah ada generasi yang menantang Soeharto tentang prinsip-prinsip demokrasi dan good governance secara sistematis. Ini titik balik dalam sejarah Indonesia,” kata George Kahin, Profesor Ilmu Politik dalam pengantar Buku Putih berbahasa Inggris.

Akibat perlawanan itu, Rizal dibui selama setahun di Lapas Sukamiskin, Bandung. Jeruji besi dapat membung-kam geraknya, tapi tidak menghentikan pemikiran-pemikirannya. “Saya baca buku terus, kebanyakan soal ekonomi politik,” kata Rizal pada 2017, seperti dikutip dari Kumparan. Lepas dari penjara, Rizal melanjutkan kuliah ekonomi di Amerika Serikat.

Pada 1991, Rizal mendirikan lembaga thinktank ECO-NIT Advisory Group. Saat itu Rizal telah menamatkan pendidikan doktoralnya dari Boston University. Ekonom Didik J. Rachbini dalam kolom obituari di Detikcom menyebutkan bahwa rumah Rizal Ramli pada masa itu menjadi markas diskusi sekaligus bagian dari “pergerakan untuk menjaga marwah demokrasi.” Dhitta tak membantah.

“Bapakku itu orang pergerakan. Keluarga itu nomor dua setelah Indonesia,” kata putri sulung Rizal kepada Alumnia sambil tertawa.

Rizal termasuk dalam barisan pejabat pertama dalam pemulihan krisis moneter. Pertumbuhan ekonomi naik menjadi 4,9% pada 2000, melesat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 0,8%. Jumlah penduduk miskin berkurang drastis dari 47,97 juta atau 23,43% pada 1999 menjadi 38,7 juta atau 19,14% pada 2000. Rasio utang terhadap PDB turun dari 85% menjadi 77% pada 2001.

Rizal mungkin penganut Schumpterian. Ketimbang menggabungkan Telkom dan Indosat, dia memilih adanya kompetisi yang nyata di antara dua BUMN ini. Konsumen diuntungkan dengan relokasi dan revaluasi aset yang membuahkan nilai Rp 4 triliun. Pada 2007, Rizal Ramli mendorong efisiensi dengan menggabungkan tiga BUMN semen di bawah PT Semen Gresik. Efisiensi ini menghasilkan laba bersih hingga Rp 1,8 triliun.

Ketika menjadi Kepala Bulog, Rizal hanya butuh enam bulan untuk mencapai reformasi menyeluruh di Bulog. CNBC menulis bahwa Rizal membangun sistem online yang transparan dan akuntabel hingga keuntu-ngan Bulog naik Rp 5 triliun. “Penggunaan sistem online saat itu masih jarang.”

Duduk di pemerintahan tak membuat Rizal sungkan mengkritik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman tahun 2015-2016 itu menyampaikan ketidak sepakatannya dengan kebijakan pemerintah menurunkan tarif PLN, tak ragu mengkritisi proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW, pembelian sejumlah pesawat Garuda, kasus Blok Cepu dan Exxon, termasuk bailout Century. Menurut Rizal, saat pejabat publik melenceng, kritik harus disampaikan ke publik. “Bapak enggak peduli, itu temen atau bukan,” kata Dhitta.

Rizal juga tak segan memarahi mantan aktivis yang lupa misi mulianya. “Bisa lewat pesan Whatsapp atau langsung. Habis itu ketawa-ketawa bareng lagi,” katanya.

Di akhir hidupnya, Rizal terus memimpikan demokasi yang ideal tercipta di Indonesia. Pada 2020, dia mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Konstitusi tentang presidential threshold.

“Saya ingin seleksi kepemimpinan Indonesia kompetitif, yang paling baik jadi pemimpin. Itu hanya kita bisa lakukan kalau threshold ambang batas kita hapuskan jadi nol,” kata Rizal Ramli waktu mendaftar. Ketua MK Anwar Usman menolak permohonannya pada 2021.

Ahad dua pekan usai Rizal Ramli berpulang, keluarga menggelar pengajian khusus mengundang kawan-kawannya selama kuliah. Bagi teman seangkatannya di Fortuga, kehadiran Rizal Ramli di berbagai acara angkatan dan pendapat-pendapat kritisnya akan selalu dirindukan.