Ketua IAP Jakarta Ungkap Cara Tingkatkan Perekonomian Indonesia lewat Industrialisasi
Komunitas alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) menyoroti berbagi pandangan dan rekomendasi terkait masa depan ekonomi Indonesia. Pemaparan tersebut disampaikan pada acara diskusi bertajuk ‘Menjemput Kebangkitan Nasional 2045: Arah Ekonomi Kepemimpinan Baru Indonesia’, yang diselenggarakan oleh Ganesha Breeding Club (GBC) pada Kamis, 16 Mei 2024 di Hotel Veranda, Jakarta Selatan.
Salah satu narsum bernama Adhamaski Pangeran (PWK 08). Ia juga merupakan tenaga konsultan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Adhamaski mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini menjadi net importir pangan dan energi, yang mempengaruhi stabilitas ekonomi negara.
“Negara kita menjadi net importir pangan terbesar di dunia, dan sejak 2012, kita juga menjadi net importir energi,” ujarnya. Adhamaski menekankan, peran Indonesia sebagai negara importir saat ini haruslah mendukung peran industrialisasi.
Dirinya melanjutkan, peran industrialisasi di Indonesia saat ini masihlah sebuah tantangan yang harus dibenahi, mengingat bahwa China kini menjadi pabrik dunia dengan menghasilkan 40% dari barang global, sementara ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 4-5%.
“Upaya kita untuk meningkatkan industri manufaktur sangat berat,” katanya. Ia menekankan perlunya memperbaiki tata kelola dan membuka diri terhadap pengalihan industri dari China.
Adhamaski juga menyoroti rendahnya investasi asing yang masuk ke Indonesia, dengan rata-rata hanya sekitar 100 dolar per kapita. ‘Vietnam bisa berkembang karena mereka berteman baik dengan banyak negara. Kita perlu melakukan hal yang sama,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa kepercayaan pada program-program lokal perlu diperkuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Adhamaski melanjutkan, perlunya membuka lahan baru dan mengonversi sawit menjadi B50 untuk memperbaiki perusahaan. Ia juga mengungkapkan bahwa proyek di Sukabumi yang melayani 3000 siswa dari 14 desa dapat menjadi model untuk daerah lain. “Program ini bisa memperbaiki jalan dan rumah di desa, menghasilkan sekitar 11 milyar selama setahun,” jelasnya.
Meski begitu, dirinya percaya terhadap program-program ekonomi dapat menyebar dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Adhamaski menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi untuk mencapai tujuan jangka panjang. “Jika ekonomi tumbuh 6%, kita bisa mencapai GDDR Capital pada tahun 2038,“ujarnya optimis.