Khalid Zabidi, Komisaris Pertamina Trans Kontinental 

AWALNYA, Pertamina Trans Kontinental (PTK) hanya divisi untuk pengelolaan tongkang. Kini, 53 tahun setelah berdirinya, PTK tengah bertransformasi menjadi subholding Pertamina. Menurut Komisaris PTK, Khalid Zabidi (SR ’93) perusahaan ini bertekad menjadi solusi integrasi kelautan. Pada Maret 2024 lalu, bertempat di Ancol, kader Partai Golkar ini membagi target PTK di masa depan kepada tim Alumnia. Berikut ini petikannya.

T : Apa lini bisnis utama PTK saat ini?

J : PTK itu bisnisnya mengangkut minyak, bukan eksplorasi di laut. Kami ini pendukung. Kami melayani servis eksplorasi. Kami memiliki pelabuhan Peteka Shorebase Tanjung Batu (PSTB), menurut saya ini unit bisnis terbaik yang kami miliki. Dulu kami melayani Pertamina Hulu Migas (PHM) walaupun belum terlalu besar. Sekarang kami ini membawa minyaknya Pertamina Patra Niaga—rantai kegiatan bisnis hilir Pertamina—untuk impor dua juta barel. Ada yang masuk kilang dulu untuk diolah, ada yang disebar masuk ke Indonesia Timur. Pakai kapal-kapal kecil untuk mendarat di pelabuhan, dan kami mendukung patroli dan mencegah tumpahan minyak.

T : Bagaimana PTK mendukung ketersediaan energi di Indonesia?

J : Ini fenomena global, bukan hanya fenomena Indonesia saja. Indeks Trilemma Energy dibicarakan semua orang. Kita memiliki ketersediaan energi. Ada barangnya tapi mahal terutama untuk distribusi. Ini menjadi tugas kami.

T : Migas penting untuk ketahanan energi, tapi juga kerap dikritik menyumbang emisi penyebab gas rumah kaca.

J :. Kita harus mempersiapkan climate safe future. Dalam COP 22 di Sharm El-Sheik, dunia harus mencegah kenaikan suhu bumi agar tidak melebihi dua derajat celcius. Ini tantangan dunia dan Pertamina. Perkapalan ini menyumbangkan jejak garbon yang sangat besar. Jadi sekarang memilih teknologi hati-hati betul emisinya, berapa menghasilkan jejak karbon. Ibu Nicke Widyawati (Direktur Utama Pertamina) menekankan pentingnya Environmental Social Government (ESG) untuk mencapai target net zero emission. Untuk itu, PTK ingin berinvestasi di kapal listrik di tahun ini. eknologi ini sudah ada di beberapa negara dan bisa dibuktikan rekam

jejaknya. Kapal-kapalnya terutama untuk kapal kecil di pelabuhan ya. Tidak untuk berlayar ke laut.

T: Bagaimana dengan kapal yang sekarang sudah dimiliki?

J : Kami punya kapal hybrid, menggunakan baterai listrik dan biosolar. Di beberapa kapal tua kami memodifikasi dengan memasang solar panel. Sementara untuk kapal-kapak kecil kita menggunakan bahan bakar bioethanol. Jadi kami memperhatikan yang namanya climate safe future. Kami juga mengerjar teknologi energi hidrogen. Pertamina balapan dengan PLN. Ini persaingan positif. Dua-duanya perusahaan energi. Tetapi Pertamina siap investasi besar-besaran di tahun 2024 untuk itu.

T : Bagaimana Pertamina di bawah kepemimpinan Nicke Widyawati?

J: Pertamina menggambarkan komitmennya untuk menjadi pemimpin dalam industri energi. Targetnya menjadi perusahaan bernilai US$ 100 miliar USD. Pertamina meningkat peringkatnya dalam daftar 500 Fortune Global.

T : Bagaimana dengan pertumbuhan PTK? Apa tantangan terbesar perusahaan?

J : Ketika saya pertama kali bergabung, pendapatan bersih PTK Rp 534 miliar pada 2021, naik menjadi Rp 634 miliar pada 2022, dan mencapai Rp 1 triliun pada tahun 2023. Laba bersihnya juga meningkat signifikan, mulai dari Rp 4,5 triliun hingga kini mencapai Rp 7 triliun. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah optimalisasi aset-aset PTK, tidak hanya dari sisi internal, tetapi juga eksternal.