Potensi Tersembunyi Kompor Surya
Selain ramah lingkungan, kompor surya bisa menjadi alternatif penghematan di musim kemarau. Bisa pula menjadi kompor darurat di daerah bencana.
ALAT itu berbentuk parabola berlapis material reflektif. Di kanan kirinya terdapat tiang yang tersambung pada batang melintang tempat menggantungkan parabola dan meletakkan alat masak. Ini adalah kompor surya. Pada pagi yang cerah pada awal Mei lalu, Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi (MBA ‘24) mendemonstrasikan cara kerja kompor surya buatannya kepada Alumnia di Jatihandap, Bandung.
Tak sampai satu menit, dedaunan kering yang ditaruh di titik tengah batang melintang mulai terbakar, menguar aroma gosong. Panasnya cukup untuk menghangatkan air di wajan dalam 5 menit. Menurut Ibrahim, selama akurasinya tepat, panas yang dikumpulkan di titik tengah setara dengan api sedang di kompor biasa.
Kompor surya memanfaatkan prinsip pemantulan radiasi panas matahari oleh permukaan reflektor yang dipusatkan ke satu titik. Konsentrasi panas pada titik itu menyebabkan suhu tinggi yang dipakai untuk memanaskan alat masak. Warna hitam pada permukaan luar alat masak akan meningkatkan efektivitas penyerapan panas sehingga mempersingkat durasi memasak.
Untuk membuatnya, Ibrahim menggunakan plat besi dan stiker cermin untuk bagian parabola dan batang besi untuk rangka penggantung parabola. “Bahan (parabola) ini sebenarnya bisa dari apa saja, misalnya parabola TV,” ujar Ibrahim. “Bisa juga dibuat dari kayu, plastik, atau lainnya. Yang penting bentuknya parabola,” katanya. Kompor surya ini adalah versi 2.
Pada kompor surya versi 1, panel dibuat secara manual sehingga sulit direplikasi. “Panas yang dikumpulkan dapat memanaskan satu wajan kecil untuk satu porsi makanan, seperti satu telur atau 250 ml air,” kata Ibrahim. Kompor surya itu menjadi satu dari 15 besar finalis SBM ITB Swiss Innovation Challenge Indonesia 2022.
Keterbatasan itu membuat Ibrahim mengembangkan versi 2. Bahan bakunya lebih mudah diperoleh karena memanfaatkan plat besi berbentuk parabola yang diproduksi umum. Kekuatan panasnya lebih besar. Sejauh ini, ada lima unit kompor surya versi 2 yang dibuat Ibrahim. Tiga diantaranya pernah diuji untuk memasak telur, udang, sosis, mi, hingga nasi goreng. Hasilnya sama seperti memasak di kompor biasa.
Pada 2022, Ibrahim mendirikan Magfire, startup yang memproduksi dan menjual kompor surya. Kini, motivasinya bergeser. Misi sosial menjadi konsentrasi Ibrahim saat ini. “Sekarang ingin ke arah mempopulerkan. Mungkin nanti ada video tutorial atau satu panduan yang bisa dibagikan supaya semua orang bisa buat di daerah masing-masing.”
Ongkos produksi satu unit kompor surya sebesar Rp 1,2 juta jika dikerjakan manual. Ibrahim memperkirakan biaya dapat ditekan hingga separuhnya bila proses produksi lebih efisien. Ia berharap bisa bekerja sama dengan siswa SMK untuk menghasilkan model yang presisi, kokoh dan fleksibel.
Pemanfaatan kompor surya, menurut Ibrahim, sangat potensial di daerah terdampak bencana. Saat sumber daya terbatas, kompor surya dapat berfungsi di dapur umum selama ada panas matahari yang cukup.
Ibrahim juga berharap kompor surya bisa menjadi fa-silitas umum di tempat terbuka. Siapa saja boleh menggunakannya. Dia menantikan kolaborasi agar kompor surya makin banyak yang merasakan manfaatnya.
Sebagai awal, kerja sama dalam bentuk hibah sudah dilakukan dengan Yayasan Wangsakerta, sebuah komunitas ramah lingkungan di Cirebon. Selain itu, kompor surya dapat ditemui di lokasi Teras Hijau Project, Bandung untuk digunakan oleh warga sekitar.