Suhu Bumi Bakal Semakin Panas
Laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan suhu bumi akan naik melebihi 1,5°C di atas suhu praindustri dalam empat tahun ke depan. Waspada bencana iklim.
KITA membutuhkan jalan keluar dari neraka iiklim,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) António Gutteres dalam pidatonya di Hari Lingkungan Hidup, 5 Juni 2024. Dia mengutip laporan terbaru Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang memperkirakan suhu bumi akan memecahkan rekor tertinggi dalam empat tahun ke depan.
Laporan WMO menyebut bahwa suhu permukaan bumi antara 2024-2028 diperkirakan naik antara 1.1°C-1.9°C lebih tinggi dari rata-rata suhu tahun 1850-1900. Perkiraan WMO itu sepertinya sulit untuk meleset. Layanan Perubahan Iklim Copernicus sebelumnya menyatakan bahwa 12 bulan terakhir merupakan periode terpanas dengan suhu lebih dari 1,6C di atas suhu sebelum era industri.
Sebanyak 195 negara yang meratifikasi Perjanjian Paris sepakat untuk menjaga kenaikan suhu permukaan bumi tak lebih dari 1,5C sebelum era industri. “1,5 derajat bukanlah target. Itu adalah batasan fisik,” kata Gutteres. Perbedaan antara 1,5C dan 2C menentukan kepunahan dan kelangsungan hidup negara kepulauan kecil dan komunitas pesisir. Suhu yang naik akan membawa bencana iklim bagi penduduk planet ini.
Sebelumnya, WMO melaporkan bahwa 2023 merupakan tahun dengan rekor suhu bumi terhangat dngan rata-rata 1,45C. Kenaikan suhu itu menyebabkan percepatan indikator-indikator utama perubahan iklim seperti suhu permukaan bumi, penyusutan gletser, dan kenaikan muka air laut yang akan berdampak besar bagi masyarakat, perekonomian, dan ekosistem.
Asia mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global dengan kenaikan suhu pada 2023 hampir 2C. Kena-ikan suhu itu, membuat Asia kawasan paling rentan bencana iklim. WMO melaporkan 79 bencana terkait hidrometeorologi terjadi di Asia pada tahun lalu. “Sebanyak 80% di antaranya disebabkan oleh banjir dan badai yang merenggut 2.000 korban jiwa dan berdampak langsung terhadap 9 juta jiwa.”
Gutteres menetapkan lima poin untuk mitigasi yaitu pengurangan emisi gas rumah kaca oleh negara G20—penghasil 80% emisi global—, pembangunan sistem peringatan dini yang ditargetkan selesai pada 2027, pendanaan adaptasi hingga US$ 40 miliar per tahun pada 2025, menjadikan sistem keuangan global bagian dari solusi iklim dan transisi ke energi terbarukan secara bertahap.
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa rentan ter-papar cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari perubahan iklim. Saat ini saja, durasi musim hujan lebih panjang, hari-hari kering meningkat dan intensitas hujan ekstrem meningkat untuk sejumlah wilayah.
“Badai semakin intens dan cuaca ekstrem semakin sering terjadi di Jawa,” kata Erma Yulihastin (GM ‘97), ahli Klimatologi dari BRIN. Dia menekankan perlunya pembentukan masyarakat sadar cuaca untuk mengedukasi dan mengkampanyekan perubahan iklim berbasis komunitas, “untuk memitigasi dampak dari perubahan iklim.”