Dayu Dara Permata: Merealisasikan Kepemilikan Properti di Era Digital
Turut membesarkan Gojek menjadi Decacorn, Dayu Dara kini merintis platform digital Pinhome. Jeli melihat peluang di sektor properti.
BAGI Dayu Dara Permata (TI ’08), rumah merupakan aset paling berharga. Gagasan ini tertanam sejak Dara remaja. Terutama karena keluarga besar Dara cenderung mendorong anak-cucunya berinvestasi di sektor properti. “Rumah itu bisa menjadi agunan yang sangat dihargai oleh lembaga keuangan,” kata Dara kepada Alumnia, pertengahan Mei lalu.
Berawal dari pengalaman kurang menyenangkan saat membeli rumah pertamanya, Dara berpikir untuk membangun platform properti. Terlebih, ketika dia mengecek data Kementerian PUPR yang menunjukkan bahwa baru 50 juta orang usia produktif yang memiliki rumah sendiri. “Dari generasi milenial sendiri, ada 85% yang belum memiliki rumah,” katanya.
Dara meluncurkan platform properti Pinhome pada Januari 2020. Saat itu, ia sempat bersiap untuk skenario terburuk jika bisnis yang baru dirintisnya ini harus ditangguhkan karena Pandemi COVID-19.
Yang terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan Pinhome justru terakselerasi. “Karena ada pembatasan aktivitas, konsumen dan pengembang perumahan sulit beroperasi luring. Sehingga permintaan untuk pencarian properti, konsultasi hingga transaksi daring justru tumbuh,” kata Dara.
Pertumbuhan itu juga didorong oleh kebijakan pemerintah membebaskan uang muka untuk pembelian rumah pertama (DP 0%) pada 2021 hingga akhir 2024. Kebijakan yang bertujuan untuk menghidupkan sektor konstruksi—sektor yang mampu memberikan dampak ekonomi berlipat—ini secara tak langsung mendorong pertumbuhan transaksi di Pinhome. Apalagi, empat dari lima konsumen yang bertransaksi jual-beli rumah Pinhome adalah pembeli rumah pertama.
Investasi untuk Pinhome turut terkerek. Pada 2021, Pinhome mendapatkan pendanaan seri A senilai US$ 25,5 juta (setara Rp 369,3 miliar). Di tahun berikutnya, investasi yang masuk untuk pendanaan seri mencapai US$ 50 juta (setara Rp 719 miliar). “Mereka yakin ini adalah pasar yang tepat dengan tim pendiri dan manajemen yang tepat, di waktu yang tepat, dan di sektor yang tepat,” kata Dara dengan penuh percaya diri.
Pinhome bukan hanya menyediakan daftar real estat dan transaksi properti terpadu yang transparan, platform ini juga menyediakan program pendidikan untuk membantu calon pembeli yang belum masuk kategori perbankan dalam pengajuan KPR. Selain itu, Pinhome juga menyediakan layanan rumah dari mulai membersihkan rumah, pengasapan disinfektan, cuci mobil, cuci dan jasa perbaikan pendingin udara, perawatan rambut dan pijat. Layanan itu tak lepas dari pengalaman kerja Dara di Gojek.
Dara memulai kariernya dengan bekerja di sektor telekomunikasi, kemudian di firma manajemen konsultasi. Ketika bekerja di Mc Kinsley, Dara menangani lebih dari 35 klien dari berbagai sektor industri. Di sana, ia bertemu dengan pendiri Gojek, Nadiem Makarim. Tak butuh waktu la-ma bagi Nadiem untuk mengajak Dara bergabung. Startup yang mulanya hanya memiki 15 karyawan itu berkembang menjadi 7.500 karyawan pada 2019.
Dara turut membesarkan Gojek dari unicorn menjadi decacorn. Selama lima tahun, ia sempat menjadi Senior Vice President dan memimpin GoLife sebagai Kepala Grup Gaya Hidup dan Komersial. Salah satu yang dikembangkannya adalah menyediakan jasa pijat dalam aplikasi itu. “Saya percaya bahwa kalau kita mau membuat produk atau jasa, kita harus menjadi penggunanya dulu,” ujar Dara yang rutin menggunakan jasa pijat. Ketika menemukan bahwa 30% penyedia jasa pijat adalah difabel tuna netra, ia mengembangkan beberapa fitur seperti text to speech yang membantu penggunaan gawai.
Semangat inklusivitas itu dibawa ketika Dara mengembangkan Pinhome. Sebanyak 46% dari sekitar 300 karyawan tetapnya adalah perempuan. Ia menerapkan cara kerja hybrid. Ia juga memberikan keleluasaan waktu bagi karyawan perempuan jika ingin mengambil jeda di sela waktu kerja untuk menjemput anak atau mengajari anak belajar. Menurut Dara, fleksibilitas waktu dan tempat bekerja dapat mendukung perempuan dalam berkarier.
Sejak SMA, Dara memiliki visi untuk masa depannya. Dara yang tumbuh besar di Depok aktif mencari program pertukaran pelajar. “Saya ingin punya wawasan dan pola berpikir yang berbeda,” kata Dara. Program itu membuatnya menjalani masa SMA setahun lebih lama, karena menjalani 12 bulan di River Ridge High School, Iowa, Amerika Serikat.
Ketika kuliah dia juga menjalani sekolah musim panas di Chonnam National University di Korea Selatan. Itu belum termasuk menjalani magang empat kali di berbagai perusahaan konsultasi. Caranya, dengan memaksimalkan studi hingga 24 Satuan Kredit Semester (SKS) di awal masa kuliah. Di tahun ketiga, jumlah SKS yang harus diambil kian sedikit. Sehingga memungkinkan untuk magang dan sekolah musim panas. Pengalaman-pengalaman itu, kata Dara, membuka wawasannya tentang bagaimana negara-negara yang sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam sekaya Indonesia dapat berkembang dengan sangat maju.
Dara merasa penting untuk tidak sekadar pintar di atas kertas. “Saya ingin menyeimbangkan pengetahuan teknik saya dengan pengetahuan bisnis di luar sana.” Menurut Dara, edukasi bukan akhir dari perjuangan. Perjuangan yang sebenarnya, kata dia, bukan sekedar menciptakan nilai di dunia pekerjaan hingga lingkaran-lingkaran terkecil, tapi juga di masyarakat.Menurut dia, perusahaan rintisan tidak bisa mengandalkan pendanaan eksternal terus menerus, tetapi harus membangun bisnis yang mampu menciptakan nilai yang sangat signifikan bagi penggunanya. Hingga Mei 2024, Pinhome telah diunduh oleh lebih dari 3 juta pengguna, bekerja sama dengan lebih dari 30 ribu agen properti, dan menawarkan lebih dari 1,2 juta listing properti di 90% wilayah di Indonesia.