Alumni ITB dalam Konstelasi Politik
Setelah era Soekarno dan B.J. Habibie berlalu, tak banyak lagi nama-nama tenar dari kampus ganesha yang mampu bersaing di konstelasi tertinggi pemilihan presiden. Meski begitu, Kampus ITB tetap mampu menyumbangkan para alumninya di lapis kedua birokrasi pemerintahan, sebut saja beberapa nama figur di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 arahan Presiden Ir. Joko Widodo seperti; Pramono Anung (TA ‘82) sebagai Sekretaris Kabinet Indonesia, Suharso Monoarfa (PL ‘74) sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Budi Gunadi Sadikin (FI ‘88) bertugas sebagai Menteri Kesehatan, hingga Wahyu Sakti Trenggono (TI ‘81) sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Fenomena ini pun coba dijelaskan dalam perspektif akademisi terkait peran ITB dalam dinamika Pemilu 2024. Menurut dosen dari Sekolah Bisnis & Manajemen (SBM ITB), Yudo Anggoro, hampir semua tokoh nasional ‘jebolan’ ITB memiliki satu karakteristik yang sama, yaitu a lone hero. “Menurut saya, ITB terkenal menciptakan hero yang penyindiri. Sifat individualis itu kental sekali.” Kata Yudo yang memperoleh gelar doktornya dari UNC Charlotte, AS pada 2015 lalu.
Budaya kampus ITB yang individualistis dan mengedepankan kebanggaan gengsi akan prodi atau setiap himpunan mahasiswa merupakan budaya yang telah ditanamkan semenjak dini sejak Tahap Persiapan Bersama (TPB). Budaya semacam ini jugalah dikritik oleh Yudo yang pada akhirnya menjadi kemunduran bagi para alumni ITB agar bisa bersinar dan populer di kancah Pilpres 2024 saat ini. Tak banyak, kolaborasi alumni yang membantu mempopulerkan tokoh-tokoh muda jebolan Kam- pus ITB. “Lone hero itu gampang dihabisi,” tambah Yudo yang bidang keahliannya adalah kebijakan publik.
Yudo kemudian membandingkan hal tersebut dengan budaya kampus dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dikenal sebagai kampus kerakyatan, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa mengenal diskriminasi dalam bentuk apapun, dan berwawasan kebangsaan. Beberapa tokoh nasional lulusan UGM lewat sistem kerakyatan kampus pun kini sukses mendominasi kancah Pilpres 2024, sebut saja Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo, dan Mahfud MD. Jangan lupakan juga peran Presiden Joko Widodo yang kini berperan sebagai kingmaker dari Paslon Prabowo-Gibran. Mereka merupakan hasil bentukan sistem kerakyataan dan kesederhanaan yang ditanamkan sejak dini sebagai budaya kampus UGM. Siapapun pemenang Pilpres 2024 mendatang, UGM lah juaranya.
Masalah lain yang terjadi pada alumni ITB adalah kurangnya kepekaan dalam mengolah ranah STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) menjadi isu-isu publik. Hal ini berbanding terbalik dengan UGM yang sangat piawai mengemas isu-isu sosial dan hukum kedalam diskusi publik dan pembicaraan terbuka secara umum. Hal inilah yang pada akhirnya membuat para alumni UGM mendapat banyak perhatian publik. “Kita tahu bahwa banyak ahli-ahli Hukum dan Sosiologi dari UGM. Mereka banyak yang jadi pembicara di berbagai forum terbuka, sementara anak ITB lebih banyak main di dalam proyek saja dan menguntungkan diri mereka sendiri, sehingga kurang terekspos.” Kata Yudo.
Yudo Anggoro yang kini menjabat sebagai Director of Center for Policy and Public Management SBM ITB tersebut, mengorelasikan masalah tersebut dengan beberapa mata kuliah ajarnya seperti; Business Ethics, Law and Sustainability, People in Organization, dan Cross Culture and Conflict Management, yang menjadi keahliannya.
Lewat analisisnya, dari berbagai masalah tersebut, ia menyimpulkan bahwa masalah utama adalah doktrin individualisme dan kurangnya keterbukaan untuk tampil terbuka di ranah publik menjadi salah satu penyebab yang menghalangi bersinarnya tokoh-tokoh muda alumni ITB di kancah politik nasional. Linearitas tersebut yang mem- buat alumni ITB terkesan kaku dan kurang populer meraih popularitas publik.
Sebagai bentuk solusi untuk menjawab linearitas tersebut, sudah saatnya ITB memperkenalkan kurikulum kepemimpinan sejak dini di bangku kuliah, yaitu kurikulum terkait konsep pendidikan berbasis kepimpinan untuk membuat jejaring antar para alumni untuk menentukan hero–hero kandidat yang bisa diperkenalkan oleh ITB di masa depan yang diperkenalkan oleh media.
Salah satu ikut himpunan atau kegiatan2 exktra yang di akui ska dari sem 1 ad sem 8 , yang ke al antar jurusan dan mulai berainergi antar jurusan..latihan kepemimpinan..dalam kampus akan membentum jejaring jangka panjang..