SELAMA masa kampanye berlangsung, Ismail Fahmi (EL ‘92) lebih intens memantau percakapan politik di platform X. Dalam sepekan, dia bisa dua hingga tiga kali mempublikasikan analisis percakapan warganet dari Drone Emprit, terutama ketika isu Pemilu 2024 menjadi topik trending.

Drone Emprit sendiri merupakan sistem pemantau percakapan media sosial yang dia kembangkan untuk me- nyelesaikan pendidikan master dan doktornya di Univer- sity of Groningen di Belanda, pada 2009. Sistem tekno- loginya didasarkan pada Kecerdasan Buatan (Pembela- jaran Mesin) dan Pemrosesan Bahasa Alami (NLP). Drone Emprit banyak digunakan di kementerian dan lembaga juga agensi kehumasan.

Di waktu luangnya, Ismail senang menyempatkan diri untuk mendaki gunung dan berolah raga lari. Pada akhir Desember lalu, Amandra Mustika Megarani dan Stanno Yudha Putra dari Alumnia mewawancarai dia melalui plat- form Zoom. Berikut ini petikannya:

T: Bagaimana Drone Emprit bisa berdiri?

J: Saya melihat pada 2015-2016 ada terlalu banyak yang hoaks yang menyebar di media sosial. Dengan sistem yang saya kembangkan, saya tahu siapa saja yang memu- lai hoaks dan menyebarkan. Tapi masyarakat tidak tahu. Pertengahan 2016, saya berpikir harus membuka data. Saya ingin mengedukasi publik dengan data.

T: Bagaimana hoaks bisa menyebar pada saat itu?

J: Kementerian Komunikasi dan Informasi (saat itu) tidak memantau percakapan di media sosial. Mereka hanya memonitor media arus utama. Padahal hoaks itu beredar dari media-media abal-abal, tetapi dibagikan buzzer di media sosial. Itu akhirnya saya buka. Kami berpihak pada data. We don’t claim to be neutral, but we insist on being truthful. Saya bongkar buzzer dari pemerintah, saya bongkar dari oposisi, juga dari pro pemerintah. Ketika ka- mi membongkar hoaks, kami punya musuh kiri dan kanan

T: Aturan penarikan data di media sosial kini tak semu- dah dulu sehingga sulit untuk memantau percakapan. Benarkah?

J: Untuk isu nasional, pertarungan buzzer di media sosial masih bisa dipantau, Biasanya mereka bermain di X dan menjadi trending topic. Tapi kalo isu regional seperti Bandung Barat dan Cimahi, harus Facebook Group. Itu- lah mengapa isu-isu yang kita publikasikan hanya nasi- onal.

T: Bagaimana dengan pembicaraan pilpres di X saat ini?

J: (Membuka sistem analitik Drone Emprit dan menam- pilkannya di layar, kemudian terlihat percakapan tentang Anies sebesar 81.480, Ganjar 72.354 dan Prabowo 49.017). Ini untuk 3-5 Desember 2023 ya. Kalau dilihat di sini kekuatan besar ada di Anies dan Ganjar. Yang hijau dan terpisah itu bot. Bot ini program komputer untuk mengamplifikasi percakapan, ini timnya Prabowo. Kami tahu mana yang orang mana yang bukan. Drone Emprit bisa mengetahui opini publlik untuk isu apa pun. Bot pa- ling banyak sekarang 02. Pendukung natural 02 tidak ba- nyak. Pendukung naturalnya pindah ke 01.

T: Apa buktinya kalau ini bot?

J: Ini terlihat pembicaraannya terpisah. Ada 11 akun sa- ling retweet di tempat yang sama. Mereka tidak berinteraksi sama yang natural.

T: Kalau melihat di X pembicaraan paling besar itu Anies (merujuk data 3-5 Desember 2023 yang ditampilkan di layer), tetapi hasil survey saat ini menempatkan Prabowo di nomor satu…

J: Pengguna X tak sebanyak pengguna Instagram dan Tik- tok. Anak muda orang desa itu tidak main X, makanya ha- rus lihat Instagram dan Tiktok. Engagement-nya yang ter- tinggi itu punya siapa. Kalau dihitung semua bisa jadi Prabowo yang paling tinggi. Kita juga bisa lihat dari Google Trend. Prabowo paling tinggi, ini sejak dulu.

T: Tim sukses menggunakan media sosial sebagai alat kampanye ke pemilih muda yang jumlahnya lebih dari separuh populasi…

J: Kalau melihat dari demografi, yang berusia 15 tahun ke atas memang banyak. Tetapi yang menamatkan pendidikan tinggi, hanya sekitar 10%. Pendukung Anies, misalnya paling banyak di mahasiswa. Mungkin Desak Anies harus dibuat seperti kelompencapir untuk menjawab pertanya- an petani. Karena pertanyaan mahasiswa susah hanya bi- sa dipahami mahasiswa. Sementara 90% lainnya cukup dikasih susu. Tim sukses harus bisa berkampanye cerdas. Faktanya kaum menengah yang bekerja tidak banyak. Se- bagian pemilih kita itu naik KRL, tinggal di bantaran sungai. Isunya jadi seagama, seiman, dapat blessing dari kiai

T: Siapa saja pengguna Drone Emprit?

J: Drone Emprit banyak diinstal di kementerian dan Lem- baga, banyak juga di agensi humas, infomedia dan call center. Di Jawa Barat, Kang Emil (Ridwan Kamil/AR ‘90) membangun Pilkobar (Pusat Informasi & Koordinasi Covid-19 Jawa Barat) menggunakan Drone Emprit. Dia ingin melihat sentimen publik terhadap Jawa Barat. Entah itu penyakit menular, macet, gempa bumi. Pengambilan kebijakannya berdasarkan data.