Benni Aguscandra: Sejauh Ini, Ini yang Paling Jauh
Benni Aguscandra, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Benni Aguscandra, seorang lulusan Planologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1988, telah menorehkan jejaknya dalam dunia birokrasi di Jakarta. Lewat obrolan eksklusif bersama beliau, kita memasuki pribadi seorang Benni yang terbuka, penuh semangat dengan segudang pengalamannya.
“Garis tangan,” jawab Benni mengawali pertanyaan soal karir beliau. Begitulah kira-kira yang mengantarkan perjalanan Benni menuju kursi Kepala DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) saat ini.
Kala itu dimulai pada masa pemerintahan Ahok, di mana tantangan dan kesempatan datang menghampirinya. Gubernur Ahok melemparkan pertanyaan,
“Ben, kamu berani pecat orang gak?” Benni pun menjawab lewat perannya sebagai Kepala Dinas Tata Ruang DKI Jakarta.
Kunci kesuksesan Benni adalah profesionalisme dan loyalitas yang tulus kepada institusi. Bagi Benni, pimpinan diatasnya dipandang sebagai institusi, bukan sebagai individu. Loyalitas itu bukanlah kepada individu, melainkan kepada visi dan misi institusi yang ia layani. Prinsip ini kiranya membuat Benni dipertahankan dan selamat di melewati tiga gubernur yang berbeda (Ahok, Anies, dan Heru).
Sebagai Kepala DPMPTSP DKI Jakarta, Benni merintis reformasi dan inovasi dalam sektor perizinan. Baginya, proses pelayanan harus dapat diprediksi, akuntabel, dan terekam secara transparan. Dengan semangat inovatifnya, Benni mengedepankan sistem IT yang terintegrasi untuk memantau tugas dan tanggung jawab staf di DPMPTSP.
Dedikasinya pada pelayanan publik tercermin melalui pendekatan proaktifnya terhadap pengelolaan potensi ekonomi Jakarta. Benny menilai potensi luar biasa daerah Jakarta dengan hinterland mencapai 30 juta penduduk. Benni berpikir secara strategis tentang bagaimana memanfaatkan big data untuk memahami linkage (keterhubungan) market di dalam dan di luar Jakarta.
Benni berbicara dalam lingkup sederhana bagaimana adanya supply dan demand rumah makan Padang di Jakarta. Bagaimana rumah makan Padang membutuhkan beras khas Sumbar dan pada akhirnya demand tersebut bisa dipenuhi dari daerah Sumbar.
Oleh karena itu, pendekatannya tidak hanya menunggu permintaan perizinan dari pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), tetapi juga, DPMPTSP dituntut untuk proaktif mendatangi pelaku UMKM untuk pengurusan perizinan. Tujuannya sederhana: memahami dinamika ekonomi Jakarta melalui big data untuk memberdayakan UMKM lokal dan memenuhi supply demand tadi.
NASIB JAKARTA SETELAH IKN?
Dalam pandangan mendalam Benni Aguscandra tentang rencana perpindahan ibu kota negara (IKN) ke pulau Kalimantan, Benni menanggapi secara bijak dengan wawasan historisnya. Ia menyoroti tentang era Jan Pieterszoon Coen, pendiri Batavia, dan menegaskan bahwa Jakarta telah menjadi pusat perdagangan global sejak dulu. Benni menganggap Jakarta sudah sangat melekat sebagai magnet ekonomi di daerah pulau Jawa. Ia meyakini bahwa perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan tidak akan menghapuskan pesona Jakarta.
Secara filosofis, Benni melihat Jakarta sebagai entitas yang terus berkembang melalui cinta dan dedikasi penduduk serta orang-orang yang mencari nafkah didalamnya. Ia yakin bahwa orang-orang yang mencintai Jakarta akan terus berkontribusi pada pembangunan dan pertumbuhan kota ini, meskipun statusnya sebagai ibu kota negara berubah.
Namun demikian, Benni juga mengakui bahwa perpindahan ibu kota negara memunculkan banyak pertanyaan dan tantangan. Salah satunya adalah bagaimana Jakarta akan mengelola perubahan ini secara bijaksana.
Menutup obrolan, Benni berpesan kepada rekan-rekan alumni ITB, khususnya yang masih muda, berangkat dari cerminan pengalaman pribadinya, “Bersama-sama kita fokus membesarkan tempat kita bekerja.” Baginya, setiap kesuksesan individu adalah cerminan kemampuan almamater.