Dampak AI dan Potensi Menjadinya ‘Doomslayer’ bagi User di Media Sosial
Jakarta, 29 Desember 2023 – Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap penggunaan media sosial tengah menjadi sorotan utama yang mengkhawatirkan. Hal ini diungkapkan oleh Seterhen Akbar (Saska), founder dari Labtek Indie. Pandangan ini tidak hanya sebatas pernyataan kontroversial, tetapi Saska juga mengkorelasikan kedalam tema yang diangkat dalam film dokumenter “The Social Dilemma” yang dirilis pada tahun 2020 yang diperankan oleh Tristan Harris.
Ia menyampaikan pandangannya ini ketika berbicara dalam forum diskusi yang diadakan oleh Discordia dan B-Club dengan judul “AI: Big Push or Big Trouble,” pada hari Rabu, (27/12), yang berlangsung di area SCBD, Sudirman Jakarta Selatan. Topik diskusi tersebut mencakup berbagai tantangan, peluang, dan manfaat terkait pemanfaatan kecerdasan buatan.
Menurutnya dalam film tersebut, para pakar teknologi mengungkapkan risiko dan konsekuensi negatif dari penggunaan platform media sosial yang dikendalikan oleh algoritma dan kecerdasan buatan. Konsep “engagement maximization” atau peningkatan interaksi yang mencari perhatian, yang disoroti oleh Saska, juga menjadi fokus perhatian dalam narasi film tersebut.
Saska menyebut hal ini dapat membuat AI sebagai “doomslayer” yang dapat membawa kekacauan dan menciptakan situasi seperti dalam film “The Social Dilemma.” Ketidakseimbangan antara peningkatan interaksi untuk keuntungan dan dampak etis terkait dengan hal tersebut menjadi isu krusial yang diangkat, mencerminkan kesadaran akan potensi risiko yang dibawa oleh kecerdasan buatan.
“Kita sudah berusaha balap-balapan menuju engagement maximization mencari atensi orang lain, semakin aktif cuan semakin datang.” Ungkap Saska.
Menurutnya, para pengguna sosmed saat ini berlomba-lomba untuk meningkatkan engagement maximization, karena semakin banyak konten yang dibuat, dapat menghasilkan uang. Sosial media kini telah menjadi mata pencaharian baru yang menjanjikan bagi konten kreator.
Hal ini mengakibatkan para kreator terkadang menyalahgunakan AI demi meraih engagement maximization secara maksimal demi meraup keuntungan pribadi yang berlawanan dengan etika. Seperti implementasi AI memperkuat tekanan untuk memaksimalkan engagement, yang dapat mengarah pada ketidakseimbangan informasi kualitas dan kredibilitas konten yang dipresentasikan.
“AI lebih banyak troublenya salah satu dari segi ethics terkait engagment maximaziion. it’s a doom slayer. Chaos.” Tambah Saska.
Selain itu, menurut Saska, konteks yang sama ditemukan dalam keprihatinan yang diungkapkan oleh tokoh industri teknologi terkemuka, Elon Musk. Musk mengkhawatirkan kemungkinan bahwa AI dapat berkembang hingga mencapai tingkat di mana kecerdasannya melampaui kendali manusia dan dapat membahayakan eksistensi manusia secara keseluruhan.
Dalam beberapa pernyataannya, Musk menyoroti pentingnya pengaturan dan etika dalam pengembangan kecerdasan buatan. Khawatir bahwa AI yang tidak terkendali dapat menciptakan skenario yang sulit atau bahkan tidak mungkin diantisipasi oleh manusia, Musk mendukung upaya untuk mengembangkan regulasi yang kuat untuk memastikan keamanan dan penggunaan yang etis dari teknologi ini.
Hal ini dapat berkorelasi dalam memperkuat narasi yang digambarkan dalam “The Social Dilemma,” yang menyoroti peran penting regulasi dan etika dalam mengelola perkembangan teknologi agar tidak menciptakan dilema informasi yang merugikan masyarakat secara keseluruhan.